Renungan Harian
-
Namun, Petrus berkata kepadanya, “Binasalah kiranya uangmu itu bersama engkau, karena engkau menyangka bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (Kis. 8:20)
Manusia mudah terpukau dengan hal yang spektakuler, seperti: mukjizat atau peristiwa hebat lainnya. Sayangnya, hal itu dijadikan kesempatan oleh orang-orang tertentu untuk meraih keuntungan material. Apalagi di tengah kehidupan masyarakat yang kadang mengalami “mabuk agama”, hal- hal yang spektakuler, seperti mukjizat mudah dijual untuk mendapat pengikut dan keuntungan. Orang-orang yang mampu membuat hal yang spektakuler lantas dipuja sedemikian rupa, dan segala yang dikatakannya dianggap kebenaran.
Situasi seperti itu juga pernah terjadi pada zaman gereja perdana, tepatnya di Samaria. Simon, seorang penyihir, telah mendapat tempat di hati masyarakat, baik orang besar maupun orang kecil. Simon dan sekelompok orang Samaria pada akhirnya menjadi pengikut Kristus, oleh karena pemberitaan Filipus. Ketika karunia Roh diberikan kepada orang Kristen di Samaria, Simon berusaha membeli karunia Roh itu. Petrus – yang sengaja datang ke Samaria untuk memfasilitasi pemberian Roh Kudus atas orang Kristen Samaria, menegur Simon dengan keras, sebab karunia Roh bukanlah untuk meraih keuntungan.
Dalam kehidupan beriman, kita diundang untuk tidak mudah terpukau dengan hal-hal yang spektakuler. Karya Allah sesungguhnya dapat dinyatakan dalam hal yang sangat sederhana dan biasa sekalipun. Keterpukauan pada hal-hal yang spektakuler, bisa membuat kita terkecoh dan akhirnya dimanipulasi. [Pdt. Natanael Setiadi]
DOA:
Ya Tuhan, berikanlah kerendahan hati pada kami, untuk mensyukuri setiap karya kebaikan-Mu, baik besar maupun kecil. Amin.Ayat Pendukung: Am. 8:11-13; Mzm. 22:25-31; Kis. 8:9-25
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Khotbah Minggu
-
Saya menyarankan Anda membaca secara berurutan Yohanes 10 dan 15. Maka, jika Anda jeli, Anda akan mendapati sebuah kesamaan yang sangat menawan. Di dalam Yohanes 10:11, Yesus berkata bahwa Ia adalah Gembala yang baik, yang “menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya.” Di dalam Yohanes 15:13, Yesus berkata bahwa seorang sahabat “memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Sangat menarik! Menjadi seorang gembala sama kualitasnya dengan menjadi seorang sahabat. Keduanya ditunjukkan secara konkret oleh Yesus Kristus, Sang Gembala Agung dan Sang Sahabat. Kesejajaran kedua teks yang menampilkan kesediaan untuk menyerahkan nyawa ini memuncak di dalam Yohanes 19:30, tatkala Yesus berada di atas kayu salib, kemudian “menundukkan kepada-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.”
Teladan yang Kristus berikan ini seharusnya “mengganggu” kita semua, yang lebih sering diasuh oleh semangat dunia untuk menyerahkan nyawa sesama demi menyelamatkan diri sendiri. Ciri persaudaraan dan persahabatan Kristen adalah melakukan apa yang dilakukan Kristus, memahami dengan pikiran Kristus, merasakan dengan perasaan Kristus, serta mencintai apa yang dicintai Kristus. Penulis 1 Yohanes menampilkan keharusan kita untuk juga bersedia menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita, karena Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya terlebih dahulu bagi kita (1Yoh. 3:16).
Menyerahkan nyawa dapat terjadi secara harfiah, sekali untuk selamanya, dan putuslah napas kita. Inilah yang dicontohkan oleh para martir dalam kehidupan gereja mula-mula, khususnya di dalam tiga abad pertama berdirinya gereja. Namun, menyerahkan nyawa dapat pula terjadi setiap hari, yaitu ketika kita rela menata kehidupan kita agar memberkati sesama. Kesediaan mati setiap hari juga membuat kita seorang martir, bukan melalui kematian kita melainkan melalui kehidupan kita. Hiduplah setiap hari dengan cara mati setiap hari demi sesama, yang sungguh dicintai Allah. Amin. (ja)
Antar Kita
-
Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam melayani Tuhan melalui bidang musik. Terbentuk pada tahun 2017 silam, mereka menamai dirinya sebagai “GKI Orchestra” pada pelayanan perdananya di...
-
Mata Air Kasih-Nya
Rabu, 21 Juni 2023Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan sesederhana selembar kain. Bendera ini membangkitkan kesetiaan emosional dan mendorong mereka yang tergabung di dalamnya untuk melakukan sesuatu. Bendera itu,... -
KELAS KATEKISASI BERIBADAH Dl GEREJA BEDA AZAS
Senin, 20 Maret 2023“Beribadah di Gereja beda azas? Untuk apa?” Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Tapi rnemang kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam Kurikulum Katekisasi di GKI Pondok Indah. Dengan adanya lebih dari 45.000 denominasi gereja di seluruh...